Human Interest
Judul: Menjemput Rejeki
Lokasi: Jalan Malioboro, Jogja
Spesifikasi Teknis
kamera: Canon EOS 1000D
lensa: 18-200mm, f/4.5, ISO 1600, speed 1/200
Deskripsi:
Seorang abang becak di pinggiran jalan Malioboro yang bersiap menjemput penumpang yang siap diantar kemanapun ia pergi.
Judul: Mengayuh Rejeki
Lokasi: Kampung batik laweyan
Spesifikasi Teknis
kamera: Canon EOS 1000D
lensa: 18-200mm, f/4.5, ISO 1600, speed 1/200
Deskripsi:
Foto ini menceritakan perjuangan seorang bapak yang mengayuh sepeda mebawa keranjang sayur yang akan dijual di pasar untuk memenuhi kebutuhannya hari itu.
Lalu Lintas
Budaya
Berbicara Fotografi Jurnalistik pada dasarnya berbicara masalah pemberitaan, namun penekanan disini mengacu pada teknik visualisasinya. Bagaimana sebuah gambar bisa mevisualisasikan suatu peristiwa kejadian di masyarakat sehingga pembaca atau menikmat dapat merasakan getaran yang ada di dalam gambar ketika di lihatnya.
Fotografi Jurnalistik banyak digunakan dalam dunia pemberitaan dan foto-foto ini akan menghiasi rangkaian pemberitaan yang akan dikomunikasikan pada masyarakat melalui Koran, tabloid, majalah dan bulletin.
Fotografi Jurnalistik merupakan hasil perpaduam antara antara kata dan gambar atau Word and Picture. Bagaimana sebuah gambar yang ditampilkan bisa menguraikan sesuatu kata-kata dalam pemberitaan hingga dapat mempengaruhi pikiran orang.
Berdasarkan fungsinya klasifikasi Fotografi Jurnalistik mempunyai tujuan khusus yaitu menyampaikan informasi suatu peristiwa atau kejadian di masyarakat melalui pengadegan gambar-gambar menarik yang disampaikan lewat media seperti media cetak dalam bentuk koran, majalah dan tabloid ataupun melalui media audio visual seperti pemberitaan televisi.
Fotografi Jurnalistik merupakan perwujudan karya fotografi yang dalam visualisasi obyeknya lebih ditekakan pada sudut pemberitaan, oleh karenanya karya foto yang dihasilkan harus berorientasi pada peristwa yang nyata seperti kronologi kehidupan masyarakat sehari-hari dan bukan mengandalkan sikap imajinasi semata dari kreatornya.
Bentuk nyata dari fungsi Fotografi Jurnalistik adalah ketika kita melihat karya-karya foto yang terpampang di dalam isi koran, majalah atau tabloid yang sering kita jumpai di pasaran atau juga gambar-gambar video yang berisi berita-berita keseharian manusia dalam mengarungi hidup melalui siaran televisi dari berbagai stasiun penyiaran televisi yang ada. Dalam waktu tertentu, penyajian Fotografi Jurnalistik juga bisa terlepas dari proses keterkaitan produksi media pemberitaan dan berdiri sendiri dalam menyebarkan informasi tersebut melalui sebuah pameran di sebuah gedung, namun tetap terikat pada tema jurnalistik yang mengikatnya.
Kamera yang digunakan dalam melakukan pemotretan lebih mudah menggunakan kamera berteknologi digital, hal ini dimaksudkan untuk memeprmudah dalam proses pengeditan dan pencetakannya. Format kamera yang digunakan tentu lebih mudah menggunakan berformat kecil atau disebut juga dengan kamera 135 mm dan dikenal dengan istilah kamera Single Lens Relex, yang disingkat menjadi Kamera Digital SLR. Dikarenakan dalam proses pengerjaannya atau dalam implementasi dilapangan menggunakan pencetakan ukuran yang sangat besar berdasarkan kepentingannya itu, maka frame dari hasil foto haruslah beresolusi besar. Untuk memenuhi kebutuhan ini, maka kamera selain berformat Digital SLR, juga mempunyai resolusi minimal 16 Mega Pixel. Selain kententuan di atas, kualitasnya tidak bisa dijamin secara maksimal, apalagi menggunakan kamera model poket dengan resolusi di bawah 7 Mega Pixel hasilnya hanya sebatas untuk kepentingan pribadi alias dokumentasi sendiri.
Dalam proses penciptaannya untuk menghasilkan foto-foto rekaman peristiwa penting dengan keragaman karakter di tengah masyarakat itu, tidak begitu saja seenaknya diciptakan berdasarkan imajinasi semata atas kemauan sendiri dari fotografernya. Keberadaan karya Fotografi Jurnalistik telah diikat dengan aturan-aturan dalam dunia jurnalistik atau dunia pemberitaan, oleh karenanya dalam proses penciptaannya harus mengacu pada syarat-syarat yang terkait dengan dunia pers atau pemberitaan.
Setiap hasil jepretan atau bidikan obyek dari kamera fotografer atau lebih dikenal dengan istilah wartawan itu harus mengadung unsur jurnalistiknya diantaranya adalah 5W +1, sehingga hasil yang dikreasikan oleh wartawan tersebut dapat memenuhi syarat pencatuman ke dalam materi produksi media massa. Dalam proses pengkreasiannya itu, berbagai macam teknik pengambilan gambar boleh diaplikasikan sepanjang tidak merusak nilai kerealitasan peristiwanya.Contoh kongkrit dalam hal ini ketika seorang wartawan mau mengabadikan peristiwa lomba motor cross di arena balap.
Supaya terlihat dramatik maka pengambilan gambarnya diambil ketika pengendara motor sedang melakukan aksi jumping sehingga motor melesat terbang tinggi di udara. dalam keadaan itulah fotgrafer atau wartawan tersebut membidiknya dengan teknik “Freshing” atau sama artinya dengan “stop action”, sehingga gambar yang dihasilkan tetap cemerlang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar